Jumat, 02 Januari 2009

Keluarga, Mutiara Tiada Tara



…Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga…?


Potongan lagu ini menceritakan bahwa keluaga adalah rumah yang paling indah dan berharga. Rumah dengan keluaga yang membuat anggota-anggotanya merasa nyaman dan tempat yang paling dirindukan untuk pulang.

Sayang, tidak semua keluarga memiliki rumah yang manis. Beberapa bahkan menganggap rumahnya seperti neraka. Antaranggota berselisih, suami dan istri sering bertengkar, anak melawan orangtua, dan mertua cekcok dengan menantu. Rumah seperti ini membuat orang-orang yang tinggal didalamnya memilih menghindar, menjauh bahkan pergi tak mau pulang.

Nyaman atau tidaknya sebuah rumah ditentukan oleh bentuk hubungan antaranggota yang ada dalam rumah tersebut, seperti hubungan antara suami-istri, hubungan orangtua-anak, hubungan anak-anak dan juga hubungan mertua-menantu.

Panaskah Hubungan Suami Istri?
Hubungan ini diawali dengan pernikahan. Cinta kasih merupakan dasar penting dalam hubungan suami istri. 2 orang dengan asal-usul yang berbeda menjadi satu, tidaklah mudah untuk menjalin komunikasi. Namun, cinta kasih akan sangat membantu pasangan untuk saling menyesuaikan diri.

Cinta kasih adalah perasaan yang mendorong seseorang untuk memberi yang terbaik agar orang yang dicintai bahagia. Pemberian yang terbaik tidak harus barang yang mahal tetapi penerimaan dan penghargaan terhadap pasangan apa adanya

Cinta kasih juga akan mewujudkan kesetaraan hubungan suami istri . Dalam hubungan yang setara, mereka berbagi peran dan tugas secara adil, masing-masing pihak tidak merasa lebih unggul dari yang lain, atau lebih berkuasa dari yang lain. Tanpa kesetaraan, kekecewaan yang menumpuk dapat berakhir dengan ketidakpuasan hidup perkawinan. Kalau sudah begini, maka perselisihan dan petengkaran akan terus mewarnai hubungan suami istri yang bisa berujung pada perpecahan rumah tangga bahkan penindasan dan kekerasan dalam rumah tangga.

Hubungan Orangtua - Anak ≈ Kuno vs Keras Kepala
Menjadi orangtua berarti pasangan suami istri mendapat tugas dari Tuhan untuk merawat dan mendampingi anak-anak agar menjadi manusia baik. Tugas ini tidak mudah, karena anak bukan boneka melainkan pribadi yang memiliki sifat-sifat yang berbeda, keinginan-keinginan yang belum tentu sejalan dengan keinginan orangtua. Orangtua tidak dapat begitu saja memaksakan kehendaknya pada anaknya demi pertumbuhan anak yang lebih sehat.

Kesulitan-kesulitan dalam hubungan orangtua-anak dapat tejadi karena mereka hidup di zaman yang berbeda sehingga beberapa cara dan kebiasaan mereka juga berbeda. Disinilah pentingnya saling memahami. Anak tidak perlu menjadi keras kepala hanya karena merasa lebih tahu tentang dirinya dan zamannya. Bagaimanapun juga orangtua memiliki kelebihan karena pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari tahun-tahun kehidupan yang telah dilaluinya. Penting bagi anak untuk mendengar arahan dari orangtua untuk hidup yang lebih baik.

Hubungan Anak-Anak ≈ Bagaimana Bisa Rukun?
Dengan saudaranya sendiri anak dapat memiliki teman bcicara, bercanda juga bertukar pikiran secara lebih bebas. Namun, tak jarang perselisihan terjadi antarmereka. Perselisihan antaranak perlu disikapi secara wajar sebagai proses belajar hidup bersama. Dari perselisihan ini anak dapat belajar cara menyampaikan sikap tidak setuju, cara kompromi dan berdamai.

Hubungan Mertua-Menantu ≈ Perlu Saling Mengerti!
Di Indonesia banyak rumah yang berisi keluarga besar karena anak-anak yang sudah menikah masih tinggal bersama orangtuanya. Kondisi ini membuat hubungan dalam keluarga semakin kompleks dan kadang rumit. Kehadiran menantu dalam keluarga menuntut penyesuaian yang lebih baik dari si menantu maupun keluarga besar.

Mertua yang merasa istimewa di hati anak direbut oleh menantunya, akan cenderung melihat banyak kekurangan pada menantu dan tanpa disadari membesar-besarkannya. Demikian halnya menantu yang merasa tidak diterima apa adanya menjadi tidak mau menyesuaikan diri dengan keluarga. Tak jarang perselisihan menantu-mertua ini mempengaruhi keharmonisan hubungan suami-istri.

Orangtua perlu menyadari bahwa anaknya sedang belajar membina keluarga sebagaimana dirinya dulu, sehingga bisa membuatnya menghargai dan menerima menantunya. Demikian halnya menantu agar lebih mau memperhatikan dan menyesuaikan dengan kebiasaan keluarga besar barunya

Jadi, hubungan keluarga yang harmonis adalah hubungan yang berlandaskan cinta kasih, diwujudkan dalam sikap dan tindakan untuk :
1. Menerima kelemahan, kelebihan masing-masing juga perbedaan-perbedaan
2. Menghargai satu sama lain, tidak saling merendahkan untuk menunjukkan diri lebih baik dan lebih benar
3. Memahami satu sama lain melalui dialog dan komunikasi yang terbuka
4. Terus belajar melalui hubungan-hubungan dalam keluarga untuk diri dan keluarga yang lebih sehat.

Hubungan yang harmonis dalam keluarga membuat suasana rumah menjadi nyaman dan menyenangkan. Lebih penting lagi membuat anggota keluarga dapat bertumbuh secara optimal, dan mampu mengarungi kehidupan secara lebih baik. Inilah wujud dari keluarga yang sehat. Dengan demikian kita bisa melanjutkan nyanyian di atas.. ..mutiara tiada tara adalah keluarga......? ?

Berkelit dari Stres

DALAM hidup sehari-hari, kita dihadapkan pada berbagai tuntutan dan tekanan. Ada yang mampu menyesuaikan diri dengan tenang dan santai; yang lain menanggapi dengan cemas, gelisah, dan marah. Ketidakmampuan menyesuaikan diri menimbulkan ketegangan jiwa, seperti menahan beban sangat berat. Itulah stres.

Seorang mahasiswi pascasarjana, sebutlah namanya Lina, untuk kesekiankalinya keluar dari ruang kerja dosen pembimbing tesisnya dengan lunglai. Sudah lebih dari setahun ia mondar-mandir konsultasi, tetapi hasilnya belum tampak, sementara beasiswa yang ia terima sudah hampir habis.

Bila tidak lulus dalam dua bulan ini, pada semester berikutnya ia harus menanggung sendiri biaya studinya. Padahal, ia juga harus menghidupi diri sendiri untuk keperluan sehari-hari karena sudah yatim piatu sejak SMP.

Sebenarnya, ia sudah mulai tertekan sejak teman sekelasnya lulus tepat waktu. Sempat memiliki indeks prestasi tertinggi di kelas, dan menjadi nomor dua sejak semester kedua, pada dasarnya Lina sangat bersemangat untuk menjadi yang terbaik dan lulus cepat.

Pada mulanya, ia senang mendapatkan pembimbing dari institusi yang sudah mapan. Namun, ternyata proses bimbingan sangat alot, dosen mengulur-ulur waktu, dan akhirnya tidak mendapatkan umpan balik yang memadai.

Ia pernah mencoba mengonsultasikan tulisannya pada beberapa dosen lain yang lebih terbuka, dan mereka semua menilai sebenarnya tidak banyak masalah pada tulisannya. Ia semakin tertekan sejak karibnya sekelas hampir lulus meski diselingi melahirkan anak. Bahkan, adik kelasnya sudah dua orang yang hampir selesai.

Dengan hampir habisnya beasiswa yang ia terima, dan hasil konsultasi terakhir ia masih belum diizinkan mengambil data ke lapangan, ia merasa tidak sanggup lagi menghadapi situasi. Terlebih-lebih, dosen pembimbing kembali melontarkan kata-kata yang menyerang pribadinya. Selama ini, ia sudah selalu mengalah demi kelancaran proses bimbingan, tetapi tidak berpengaruh.

Apa itu stres?
Richard Bugelski dan Anthony M Graziano (1980) menyatakan bahwa stres adalah suatu istilah umum yang digunakan psikolog-psikolog untuk menunjukkan ketegangan seseorang karena tidak mampu mengatasi tuntutan-tuntutan atau tekanan-tekanan sekelilingnya. Dalam bahasa sehari-hari, stres adalah suatu kondisi ketegangan yang kemudian mempengaruhi fisik, mental, perilaku seseorang.

Jadi, stres melibatkan interaksi antara individu dan lingkungannya. Kebanyakan orang menyebut stres untuk menunjuk pada kondisi seseorang tidak mampu mengatasi tuntutan, keinginan, harapan, atau tekanan dari sekelilingnya yang berakibat, baik pada fisik, mental, maupun perilakunya.

Hubungan dengan kepribadian
Cara kita dalam memberikan tanggapan terhadap stres berbeda-beda. Tanggapan tersebut tidak hanya ditentukan oleh faktor fisiologis saja, melainkan juga ditentukan oleh faktor psikologis, yaitu kepribadian. Orang dengan tipe kepribadian Tipe A akan berbeda dalam menanggapi stres dibandingkan dengan orang yang memiliki kepribadian Tipe B.

Orang yang memiliki kepribadian Tipe A adalah mereka yang ingin segalanya serba cepat, tidak sabaran terhadap kemajuan suatu peristiwa, bergulat keras untuk memikirkan dua atau tiga hal sekaligus, tidak dapat mengatasi waktu luang, dan terobsesi oleh bilangan yang mengukur sukses mereka dalam bentuk berapa banyak yang akan dia peroleh.

Sebaliknya, orang yang memiliki kepribadian Tipe B adalah mereka yang sabar dan tidak pernah merasakan urgensinya waktu; tidak merasa perlu menonjolkan prestasi, kecuali dituntut oleh situasi; lebih mengutamakan kesenangan dan santai; dan dapat santai tanpa rasa salah.

Dari ciri-ciri di atas, orang yang memiliki kepribadian Tipe A lebih mudah mengalami stres daripada orang kepribadian Tipe B. Dari penelitian, kita mengetahui bahwa orang dengan kepribadian Tipe A lebih mudah mendapatkan serangan jantung, darah tinggi, dan stroke.

Contoh kasus di atas menunjukkan bahwa mahasiswi tersebut mengalami stres karena tekanan yang ia terima dari dosen, tuntutan dari dirinya sendiri untuk cepat lulus, serta tuntutan dari bos tempat ia bekerja untuk memperlihatkan unjuk kerja yang baik. Ia juga takut kehabisan waktu studi dan takut kehilangan pekerjaan.

Akibatnya beragam
Menurut Cox (1978), akibat dari stres dapat dikelompokkan, antara lain :
* Akibat fisik, antara lain meningkatnya detak jantung, tekanan darah dan gula darah, banyak mengeluarkan keringat, mulut terasa kering, sesak napas, demam, dan mati rasa.
* Akibat psikologis, antara lain cemas, agresif, apatis, bosan, depresi, kelelahan, frustrasi, merasa berdosa dan malu, cepat marah, murung, merasa harga diri rendah, kesepian, dan mudah gugup.
* Akibat pada perilaku, antara lain menjadi pencandu obat, makan banyak atau kurang nafsu makan, pemabuk dan perokok, semaunya sendiri, dan gemar mengucapkan kata-kata kotor/jorok .
* Akibat kognitif, antara lain tidak mampu membuat keputusan, sering lupa, dan sangat sensitif terhadap kritik.
* Akibat dalam pekerjaan, antara lain sering tidak masuk kerja, hubungan dengan teman kerja buruk, dan produktivitas menurun.
Mahasiswi yang menjadi contoh kasus di atas telah mengalami beberapa akibat stres di atas, terutama akibat psikologis, akibat kognitif, dan akibat dalam pekerjaannya.

Kiat mengelola
Stres tidak dapat dihindari karena senantiasa akan muncul dalam kehidupan kita. Mau tidak mau, kita harus menghadapinya secara aktif dan menguasai situasi khusus yang menyebabkannya.

Dalam mengatasi stres, kita tetap memfokuskan pada kejadian-kejadian yang menyebabkan stres (stressor) dan mencoba menghadapinya meskipun perasaan cemas, gelisah, dan marah melingkupi kita.

Dalam keadaan stres, kita dihadapkan kepada dua hal yang saling berkaitan, yaitu menghadapi stres tersebut secara efektif dan mengontrol kecemasan, kegelisahan, dan kemarahan dengan baik. Dengan demikian, kita tidak dikuasai oleh stres, justru mengelolanya menjadi suatu yang positif.

Ada tiga cara mengelola stres dengan baik, yaitu:
* Menghindari (avoidance). Dalam hal ini kita mencoba menghindarkan diri dari hal-hal yang membuat kita stres. Kenalilah kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat menimbulkan stres pada diri kita. Dengan mengenali, kita dapat menjauhinya sehingga terhindar dari stres tersebut. Namun, bila terpaksa harus menghadapinya, kita lebih siap karena sudah tahu akibatnya dan dapat mengatasinya dengan lebih santai dan bijak. Contohnya, kita menghindari jalanan yang biasanya macet dengan mencari jalan lain yang lancar walaupun mungkin lebih jauh.

* Mengalihkan stressor menjadi hal positif. Kita tidak membiarkan stressor menguasai kita, sehingga kita benar-benar menjadi stres. Contohnya, kita tidak membiarkan rasa jemu saat menunggu seseorang atau melakukan perjalanan jauh dengan membaca atau mendengarkan musik.

* Mitigasi (mitigation). Kita diharapkan dapat mengelola stres dengan efektif dengan memelihara tubuh secara baik. Cara ini dapat membantu jiwa sekaligus raga kita dalam mengendalikan atau mengontrol stres yang menimpa.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain :
- Olahraga. Berolahraga teratur tidak hanya membuat tubuh semakin sehat. Kita juga lebih enak tidur sehingga seluruh otot dan saraf kita dapat beristirahat dengan baik. Berolahraga sekaligus berfungsi sebagai psychological relaxer yang mengalihkan perhatian kita dari hal-hal yang membuat stres.

- Rekreasi. Dengan rekreasi kita menjauhkan pikiran dan emosi terhadap hal-hal yang membuat stres. Rekreasi sekaligus istirahat singkat sambil bergembira ria akan menyebabkan pikiran dan semangat kita segar kembali.

- Rileks. Rileks terbukti dapat mencegah akibat stres pada diri kita dengan menurunkan denyut jantung dan tekanan darah, serta memberikan rasa tenang. Rileks dapat dilakukan dengan meditasi, latihan pernapasan dalam, tai chi, pemijatan, berdoa (zikir). Cara paling gampang adalah bernapas dengan tenang dan teratur sambil memikirkan hal-hal yang menyenangkan.

Upaya mengatasi stres akan gagal jika kita mencoba mengabaikannya, menyangkal, atau malahan lari dari stres yang dialami. Dalam kasus Lina di atas, dengan bantuan pembimbing lain, selama ini ia telah melakukan banyak hal untuk mengusahakan keserasian antara dirinya dan dosen pembimbingnya, meski belum menunjukkan hasil efektif. Langkah terakhir yang perlu dilakukan adalah rileks.

Membuka Diri

MEMBUKA diri terhadap orang lain (self disclosure) itu ibarat mata uang, memiliki dua sisi. Di satu sisi berarti memasuki hubungan yang lebih matang. Di sisi lain, terdapat risiko dicemooh dan dikhianati. Bagaimanapun, self disclosure merupakan isyarat berkembangnya hubungan yang sehat yang perlu dikelola.

Kadang-kadang kita dibuat kagum oleh seseorang yang dengan sangat terbuka dapat menceritakan apa saja yang ia pikirkan, rasakan, dan inginkan. Meskipun banyak kesulitan atau kekurangan, hidup seolah dirasa sebagai hal yang ringan, dan dilakoni tanpa beban.

Kita dapat menjadi lebih nyaman berinteraksi dengan pribadi seperti itu. Karena ia terbuka, kita pun dapat menjadi lebih terbuka, dan akhirnya relasi berlangsung lebih akrab dan saling percaya.

Namun, pada kesempatan lain kadang terjadi sebaliknya. Kita justru merasa muak dengan seseorang yang terlalu membuka diri sampai ke hal-hal yang sangat pribadi, yang menurut kita tidak pantas untuk diceritakan kepada orang banyak.

Sebut saja namanya Mr X, kepada teman-teman di luar lingkungan kantor ia menceritakan bagaimana kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di kantornya: bahwa proyek di departemennya itu hanya 20 persen yang dioperasionalkan, dan 80 persen lainnya dibagi-bagi di antara pimpinan dan karyawan tertentu, termasuk dirinya. Ia menceritakan hal itu bukan didasari oleh keprihatinan karena ia sendiri senang menerima bagian.

Pada saat lain, Mr X menceritakan bahwa ia sedang ada janji dengan seorang bos untuk sama-sama pergi ke tempat praktik seorang paranormal demi keperluan tertentu. Bukan untuk urusan penyakit atau gangguan lain, tetapi buat melancarkan suatu tujuan yang tidak ia ceritakan. Cerita tersebut di lingkungan orang-orang yang hidup dengan budaya penuh etika bukannya menimbulkan simpati, malah menghasilkan cemoohan.

Hal ini juga terjadi dalam percakapan yang semula akrab antara sopir taksi (pria) dengan penumpang wanita. Pada akhir percakapan, si penumpang yang semula senang mendengar kisah sehari-hari sopir taksi akhirnya merasa terhina karena dia belakangan membanjirinya dengan kisah keberhasilan berkencan dengan beberapa wanita penumpang taksinya.

Di samping kondisi positif dan negatif seperti digambarkan di atas, ada kondisi lain yang dapat kita jadikan referensi untuk menentukan kapan dan bagaimana sebaiknya kita membuka diri.

Di sebuah perusahaan, Lisa (bukan nama sebenarnya) nyaris mengalami PHK setelah hampir setahun bekerja. Pasalnya, bukan karena ia tak punya kemampuan atau melakukan penyimpangan, tetapi karena adanya masalah keluarga yang mengganggu, sehingga kinerjanya sebagai asisten manajer sangat merosot.
Selama masalah itu berlangsung Lisa sangat gelisah, tetapi tidak berani bercerita kepada atasan karena merasa tidak pantas membicarakan persoalan pribadi dengan orang kantor. Singkat cerita, ketika ia mendapat teguran atasan, akhirnya ia memberanikan diri bercerita, dan akhirnya atribusi atasannya berubah.

Manajer itu kembali menaruh kepercayaan atas kemampuan Lisa, dan ia sendiri terus memberikan dukungan dalam mengatasi persoalan Lisa. Akhirnya Lisa dapat bekerja lebih tenang karena dimengerti keadaannya. Dengan atasan, meski tetap formal, berkembang pula relasi personal yang memberikan rasa nyaman.

Di balik kisah-kisah di atas secara sepintas kita dapat menemukan bahwa keterbukaan diri diperlukan, terutama dalam hubungan-hubungan jangka panjang (persahabatan, perkawinan, pekerjaan, dan sebagainya), dan bahwa perlu ada aturan main tertentu agar keterbukaan diri itu bersifat konstruktif.

De Janasz, Dowd, dan Schneider (2002) dalam bukunya Interpersonal Skills in Organizations memberikan informasi mengenai bagaimana membuka diri, manfaat, serta hal-hal yang menghambat.

Hal yang Diungkapkan

Ada rambu-rambu dalam pengungkapan diri agar hubungan menjadi efektif:
- Lebih mengungkapkan perasaan daripada fakta. Bila kita mengungkapkan perasaan terhadap orang lain, berarti kita mengizinkan orang lain mengenali siapa kita sesungguhnya. Misalnya, informasi bagaimana kita mengembangkan hubungan dengan saudara-saudari kita membuat orang lain memahami kita, daripada sekadar memberikan informasi bahwa kita memiliki saudara.

- Semakin diperluas dan diperdalam. Mungkin kita masih mengalami perasaan tidak nyaman berbagi pengalaman dengan seseorang yang seharusnya dekat dengan kita. Untuk itu perlu dilakukan pengembangan hubungan ke arah yang lebih dalam (lebih mengungkapkan perasaan terhadap isu tertentu) dan diperluas (dengan mendiskusikan berbagai isu, seperti pekerjaan, keluarga, pengalaman religius, dan sebagainya).

- Fokus pada masa kini, bukan masa lampau. Bila berbagi pengalaman soal masa lalu menjelaskan mengapa dulu kita melakukan tindakan tertentu adalah bersifat katarsis (melepaskan ketegangan), tetapi dapat meninggalkan perasaan bahwa kita lemah. Hal ini terjadi terutama bila keterbukaan tidak berlangsung timbal balik. Jadi, lebih baik kita fokus pada situasi sekarang.

- Timbal balik. Kita harus selalu mencocokkan tingkat keterbukaan kita dengan tingkat keterbukaan orang yang kita jumpai. Hati-hati, jangan terlalu membuka diri secara dini, sebelum melewati masa-masa pengembangan hubungan yang familier dan saling percaya. Di sisi lain, bila diperlukan, tidak perlu menunggu orang membuka diri. Jangan takut untuk memulai langkah penting membangun hubungan. Berikan contoh, dan orang lain akan menyesuaikan diri. Bila orang tidak merespon secara seimbang, hentikan langkah tersebut.

Banyak Manfaat
Keterbukaan diri memiliki manfaat bagi masing-masing individu maupun bagi hubungan antara kedua pihak. Dengan membuka diri dan membalas keterbukaan diri orang lain, kita dapat meningkatkan komunikasi dan hubungan dengan orang lain.
Secara rinci manfaatnya adalah:

- Meringankan. Berbagi dengan orang lain mengenai diri atau persoalan yang kita hadapi, dapat memberikan kondisi psikologis yang meringankan. Misalnya, cerita tentang ketidakmampuan menghadapi ujian atau berakhirnya hubungan dengan seseorang. Bagaimana kita mengatasi hal itu? Bagaimana pandangan orang lain? Dengan membuka diri, kita memperoleh tambahan perspektif yang membantu diri sendiri melihat titik frustrasi dari sudut pandang orang lain.

- Membantu validasi (menguji ketepatan) persepsi terhadap realita. Dengan sudut pandang sendiri, kita mungkin cenderung menggunakan ukuran yang idealistis menurut diri sendiri. Bila kita mengomunikasikan hal tersebut dengan seseorang yang tepat (yang memberikan simpati, suportif, dapat dipercaya, dan pendengar yang baik), kita tidak hanya mendapatkan persetujuan, tetapi juga informasi yang diperlukan untuk lebih memahami diri sendiri, yang kita perlukan agar memahami dunia secara lebih realistis.

- Mengurangi tegangan dan stres. Bila kita menghadapi ketegangan atau stres karena suatu hal, bila tidak diungkapkan akan berkembang menjadi eksplosif (mudah meledak). Sebaliknya, bila diungkapkan kepada orang lain, kita akan menemukan jalan keluar. Andaikan tidak mendapat jalan keluar, setidaknya lebih ringan karena kita merasa tidak sendirian. Hal ini justru dapat membuat kita menjadi lebih dekat dengan orang lain dan menambah rasa nyaman pada saat itu maupun dalam relasi selanjutnya.

- Meringankan fisik. Terdapat keterkaitan antara pikiran dengan sistem tubuh kita. Adanya pengaruh positif pada pikiran (akibat pengungkapan diri), berakibat pada fisik. Berbagi atau mengungkapkan diri dengan orang lain, membuat stres kita berkurang, kecemasan berkurang, dan meredakan juga detak jantung dan tekanan darah. Dengan kata lain, pengungkapan diri dapat berpengaruh positif terhadap kesehatan fisik, selain emosi.

- Alur komunikasi yang lebih jelas. Dengan menunjukkan keinginan untuk membuka diri terhadap orang lain, dan menghargai pengungkapan diri orang lain, berarti kita meningkatkan kemampuan untuk memahami sudut pandang atau perspektif yang berbeda. Dengan demikian, kita akan lebih percaya diri untuk mengklarifikasi niat-niat atau makna-makna dari orang lain. Adanya umpan balik lewat diskusi terbuka, kekaburan dalam komunikasi diminimalkan.

- Mempererat hubungan. Bila antarekan lebih saling mengenal satu sama lain, terjadi efek timbal balik: keterbukaan mengembangkan rasa senang yang semakin meningkatkan keterbukaan dan berakibat makin kuatnya rasa senang. Tanpa pengungkapan diri, tingkat keeratan hubungan dan kepercayaan berada pada level rendah. Dengan keterbukaan dihasilkan kepercayaan, dan dengan kepercayaan dihasilkan kerja sama. Di dalam organisasi, kerja sama dan saling percaya ini menentukan inovasi yang sangat penting agar tetap survive dan mampu berkompetisi. Lebih dari itu, hasil riset menemukan bahwa bila antarekan kerja semakin menyukai kerja sama, mereka lebih produktif dalam mengerjakan proyek atau dalam situasi tim.

Hebatnya Organ Sekepal Tangan

MESKI ukurannya tak lebih dari sekepal tangan, ginjal memiliki peran luar biasa dalam kehidupan manusia. Tak hanya menyaring racun, ginjal juga berfungsi menjaga keseimbangan hormon dan membantu pembuatan sel darah merah.

Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).

Organ ini bersifat retroperitoneal yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke-11 dan ke-12.

Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan. Organ yang berbentuk seperti kacang ini memiliki lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap ginjal terdapat bukaan yang disebut hilus yang menghubungkan arteri renal, vena renal, dan ureter.

Sekepalan tangan
Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang vital dan sangat penting serta sangat menentukan hidup mati seseorang sebagaimana jantung, hati, paru, dan organ lainnya. Dilihat dari anatominya, ginjal berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm atau kira-kira sebesar kepalan tangan.

Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nefron yang berjumlah 1 juta-1,2 juta buah pada tiap ginjal. Unit nefron dimulai dari pembuluh darah halus atau kapiler, bersifat sebagai saringan yang disebut glomerulus.

Darah melewati glomerulus/kapiler tersebut dan disaring sehingga terbentuk filtrat (urine yang masih encer) yang berjumlah kira-kira 170 liter per hari, kemudian dialirkan melalui pipa/saluran yang disebut tubulus. Urine ini dialirkan keluar ke saluran ureter, kandung kencing, kemudian keluar melalui uretra.

Aliran darah ke ginjal mencapai 1,2 liter per menit memungkinkan organ tersebut mampu menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh, yang dikenal sebagai zat-zat toksik (racun-racun).

Zat-zat ini dikeluarkan melalui urine sehingga zat-zat toksik tersebut tidak menumpuk dalam tubuh. Fungsi menyaring ini dikenal sebagai fungsi filtrasi yang dilakukan oleh glomeruli ginjal.

Darah manusia melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap hari dan menghasilkan 125 cc filtrat glomerular per menitnya. Laju penyaringan glomerular ini digunakan untuk tes diagnosis fungsi ginjal.

Multifungsi

Ginjal juga mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah. Selain itu, ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran ion hidronium dan hidroksil. Akibatnya, urine yang dihasilkan dapat bersifat asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8.

Kadar ion natrium dikendalikan melalui sebuah proses homeostasis yang melibatkan aldosteron untuk meningkatkan penyerapan ion natrium pada tubulus konvulasi. Kenaikan atau penurunan tekanan osmotik darah karena kelebihan atau kekurangan air akan segera dideteksi oleh hipotalamus yang akan memberi sinyal pada kelenjar pituitari dengan umpan balik negatif.

Kelenjar pituitari mensekresi hormon antidiuretik vasopresin, untuk menekan sekresi air, sehingga terjadi perubahan tingkat absorpsi air pada tubulus ginjal. Akibatnya, konsentrasi cairan jaringan akan kembali menjadi 98 persen.

Seperti dijelaskan Dr Arnadi Taslim, Sp PD dari Bagian Penyakit Dalam RS Krakatau Medika Cilegon, selain fungsi filtrasi, bagian tertentu dari ginjal yang disebut tubulus berfungsi menyerap kembali (reabsorpsi) elektrolit tertentu, sedangkan bagian lainnya mengeluarkan elektrolit dan menjaga keseimbangan asam basa.

Keseimbangan harus dipertahankan dalam menghadapi situasi dan kondisi yang berbeda internal maupun eksternal, seperti kekurangan atau kelebihan asupan air, perubahan suhu udara, olahraga fisik, dan diare.

Lebih lanjut, untuk mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme tubuh dibutuhkan jumlah urine ideal kira-kira satu setengah liter per hari (1 cc/kg BB/menit). Jumlah urine minimal yang masih dianggap cukup melarutkan zat-zat toksik sebanyak 600 cc per 24 jam. Bila kurang dari 200 cc per 24 jam, itu merupakan pertanda yang mengarah pada kondisi bahaya.

Fungsi ginjal lainnya ialah fungsi hormonal, yaitu menghasilkan zat hormon yang berperan dalam pembentukan dan pematangan sel-sel darah merah di sumsum tulang. Fungsi produksi vitamin D yang berperan dalam metabolisme tulang dan fungsi lain yang penting dalam pengaturan tekanan darah.

Jadi, fungsi ginjal memang sangat kompleks, meliputi filtrasi, ekskresi, sekresi, dan hormonal. Semuanya berlangsung secara simultan melalui mekanisme pengaturan sendiri (homeostasis). Tak heran, bila ginjal terganggu, tentu masalah kesehatan besar akan menghadang.

Tak usah dibayangkan, pastilah sangat rumit kerja ginjal kita, sebanding dengan fungsinya bagi kehidupan manusia. Yang terpenting adalah bagaimana menjaga agar ginjal tidak cepat aus alias rusak.